Oleh: Dwitya Nurul Fatimah
Mahasiswa Jurusan MPI FITK UIN
Walisongo
Berdamai dengan
takdir dalam Islam identik dengan konsep tawakal. Tawakal ini bukan sekadar
penyerahan diri kepada Allah SWT secara kebetulan atau mengikuti nasib belaka,
melainkan merupakan ungkapan keyakinan yang mendalam akan hikmah dan
kebijaksanaan Allah SWT. Tawakal, jauh dari mengabaikan peran aktif manusia,
sebenarnya menjadi pedoman yang mengajarkan keseimbangan harmonis antara usaha
manusia seoptimal mungkin dan kepercayaan mutlak kepada Allah.
Dalam Al-Qur'an,
Allah menegaskan, "Dan berusahalah sebaik-baiknya untuk mencapai apa yang
telah ditetapkan untukmu, dan berdoalah kepada Allah dengan hati yang tunduk
dan penuh ketakutan" (Surat Al-A'raf [7]: 195). Ayat ini mencerminkan
prinsip bahwa kewajiban manusia adalah berusaha maksimal guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Usaha manusia adalah bagian integral dari sunnatullah,
yaitu ketentuan Allah dalam struktur penciptaan alam semesta.
Impian,
keinginan, dan tujuan adalah hal yang wajar bagi setiap individu. Merencanakan
kehidupan ke depan, mencatat keinginan dalam buku harian, atau menggambarkan
mimpi merupakan landasan yang berguna sebagai penopang semangat dalam
menjalankan aktivitas dengan optimisme. Namun, penting untuk diingat bahwa
manusia dituntut untuk berusaha, berikhtiar, berdoa, dan kemudian pasrah kepada
Sang Pencipta.
Dalam kehidupan
sehari-hari, terlihat bahwa rencana hidup tidak selalu sesuai dengan harapan.
Misalnya, saat seorang lulusan SMA berusaha keras untuk masuk perguruan tinggi
pilihannya, namun malah diterima di perguruan tinggi yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Atau saat seseorang mengirimkan banyak lamaran
pekerjaan ke perusahaan-perusahaan ternama namun tidak ada satu pun yang
merespons. Pada akhirnya, ketika seseorang pasrah dan menyerahkan segala
keputusan kepada Allah, tiba-tiba saja dipanggil oleh perusahaan ternama.
Rencana hidup
bisa disusun sebaik mungkin, namun tetap ada hal-hal yang tidak terduga.
Kejadian buruk yang menghalangi impian dan usaha kadang-kadang diikuti oleh
kendala, hambatan, kesulitan bahkan kegagalan yang menyakitkan. Oleh karena
itu, nikmatilah proses menuju tujuan, hindari terlalu fokus pada impian, dan
bersikap wasathiyah (moderat) dalam menghadapi hidup.
Pentingnya
tawakal adalah untuk memahami setiap langkah dalam perjalanan hidup dan bersiap
menghadapi segala kejadian yang tidak terduga. Tawakal bukan berarti pasif atau
hanya menyerah pada takdir. Sebaliknya, tawakal mengajarkan tanggung jawab,
kerja keras, dan ketekunan dalam menjalankan kewajiban sebagai manusia.
Dalam Islam istilah washatiyah,
diartikan sebagai sikap untuk mengambil posisi tengah-tengah, seimbang, dan proporsional dalam semua
aspek kehidupan. Tidak terlalu pasrah atau terlalu berambisi, namun menjalani
kehidupan dengan sikap tengah-tengah. Bertawakal kepada Allah tidak berarti
kita harus diam dan pasrah, tetapi tetap berusaha sebaik mungkin, berdoa, dan
menerima segala hasil dengan lapang dada.
Dengan demikian,
menjadi pribadi yang bisa berdamai dengan takdir menjadi kunci memahami
keindahan hidup. Percayalah bahwa Allah memberikan apa yang kita butuhkan,
bukan sesuai dengan apa yang kita impikan. Nikmatilah prosesnya, tetaplah
berusaha, berdoa, dan tawakallah kepada Allah SWT. Menerima takdir dengan damai
adalah ciri pribadi yang bisa bersikap wasathiyah dan selalu berada dalam
kesetimbangan dengan kehidupan.