NGALIYAN.NUNgaliyan.com-
Mwcnu Ngaliyan pada penghujung bulan Syawal 1444 H mengadakan kegiatan
yang cukup fenomenal. Kegiatan dikemas dalam acara Halal bi Halal dan Ijazah
kubro dengan tema "Ied Mubarak, Syawalan Bahagia Menuju NU Digdaya di Abad Kedua”.
Kegiatan dilaksanakan di gedung 2 Mwcnu di dusun Palir, desa Podorejo Kamis
18/05/2003.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Sekda
kota Semarang Ir. Iswar Aminuddin, M.T, segenap Forkompimcam Ngaliyan, Pengurus
PCNU, Perwakilan Mwcnu sekota Semarang, Pengurus Mwcnu, Pengurus Ranting NU
Ngaliyan dan para tokoh Masyarakat setempat.
Antusias warga Ngaliyan menyambut
kegiatan halal bihalal dan istighosah kubro ini sangat tinggi. Warga Ngaliyan berbondong-bondong mengunjungi
gedung 2 Mwcnu pada malam Jum’at Kliwon yang sangat cerah saat itu.
“Pengunjung yang hadir diluar ekspektasi panitia,
pengunjung melebihi target sampai panitia kuwalahan menata tempat duduk, tutur Abdulloh
Umar selaku ketua panitia kepada NGALIYAN.NUNgaliyan.com.
Pada saat sambutan, sekda kota
Semarang menyampaikan pentingnya membangun keselarasan langkah antara ormas
keagamaan dengan pemerintah kota Semarang. “ Kegiatan ormas yang bermanfaat dan
sejalan dengan program dan ideologi bangsa harus kita support, karena menjadi
pilar penting bagi kemajuan pemerintah, tegasnya.
Pada acara inti Gus Fahmi
menyampaikan pesan khusus untuk seluruh pengurus NU. “ Kalau sudah jadi pengurus
NU ya harus mau mengurusi NU, jangan hanya titip nama saja apalagi menjadi
urusan. Ngurusi Nu hakekatnya adalah ngurusi Islam ahlu sunnah waljamaah,
jangan khawatir seluruh kegiatan di NU pada dasarnya adalah lii’la
kalimatillah (menegakkan ajaran agama Alloh) insyaalloh banyak keberkahan,
paparnya.
Cucu Pendiri NU, K.H. Fahmi Amrullah Hadziq, secara khusus mengapresiasi pengurus di tingkat ranting. Menurutnya pengurus NU yang sebenarnya adalah pengurus di tingkat ranting.“Karena pengurus ranting adalah pemangku wilayah dan paling paham dengan kondisi warga NU. Pengurus ranting juga, yang paling sering menjadi ujung tombak dan ujung tombok kegiatan, jadi mereka paling banyak pahala dan sedikit hisab, jelasnya.
Di penghujung ceramahnya, beliau
mengaskan bahwa berjuang di NU tidak mudah banyak kendala dan rintangan. Para
pengurus harus banyak berdoa sebagaimana yang dicontohkan para muasis NU dalam
berjuang.
Perjuangan para muasis NU selalu menggabungkan
dua aspek fisik dan juga batin. Tujuannya agar perjuangan kita dipastikan sejalan
dengan perjuangan para Nabi, Mujahid, Ulama dan orang-orang sholeh bukan perjuangan
orang-orang yang dikuasi hawa nafsu, tuturnya
Belaiu memaparkan bahwa doa Istighosah
yang diijazahkannya adalah doa yang disusun langsung oleh beliau K.H. Hasyim
Asyari. Teks istighosah ini sebelumnya disimpan oleh K.H. Fahrudin seorang murid
dari K.H. Hasyim Asyari. Sebulan sebelum beliau meninggal dunia, teks istighosah
ini diserahkan kepada keluarga Tebuireng sekitar tahun 2005.