Catatan Kenangan Antara Ngaliyan-Sidoarjo

0

 

Catatan Kenangan Antara Ngaliyan- Sidoarjo




NGALIYAN.NUNgaliyan.com- Antusias warga Nahdliyin dalam resepsi puncak satu abad di Sidoarjo cukup tinggi. Begitu pula dengan warga Ngaliyan, setidaknya ada 2 bus besar dan 5 mobil rombongan jamaah yang ikut serta. Rombongan jamaah yang ikut serta pada tanggal 7 Februari 2023 patut diapresiasi. Pasalnya ikut begabung di Sidoarjo pada hari aktif kerja tidak mudah. Kesulitannya bukan terkait jauhnya jarak tempuh melainkan terkait berbagi tugas rutin. Setidaknya bagi jamaah yang hadir harus buat surat izin, menunda pekerjaan dan banyak pengorbanan lain yang harus di tanggung.


Bagi warga nahdliyin berangkat ke Sidoarjo tanggal 16 Rajab 1444 H merupakan panggilan Nurani. Mengingat pada hari tersebut merupakan hari yang sangat bersejarah yakni genap satu abad usia NU. Logikanya sederhana saja, kalau tidak sekarang kapan lagi untuk ikut memperingati satu abad. Mengingat berharap menyaksikan abad berikutya hal yang mustahil. Karena usia umat Nabi Muhammad Saw jarang yang mencapai 100 tahun.  


Warga NU yang hidup sekarang ini tentunya berkeinginan untuk menjadi bagian dalam perhelatan akbar ini. Tidak heran ketika berribu-ribu nahdliyin rela berhujan-hujanan, berdesak-desakkan, bermacet-macetan dan jalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. Tujuannya satu untuk dapat bergabung dalam barisan para kiyai dan ulama.


Secara teori usia satu abad bagi sebuah peradaban adalah moment paling menentukan. Menurut Ibnu Khaldun maju mundurnya sebuah bangsa/perdaban terjadi pada  usia satu abad. Artinya apabila pada usia tersebut sebuah peradaban masih berinovasi dan memiliki gagasan baru maka akan terus bertahan dan sebaliknya. Tidak berlebihan apabila PBNU melalui ketumnya K.H. Yahya Cholil Tsaquf dengan penuh semangat menyambut moment ini. Ada keingingan besar beliau yang ingin disampaikan kepada umat terkait orientasi NU ke depan.


Perhelatan yang dimeriahkan dengan perform 12 ribu banser ini sukses besar. Walaupun kini kegiatan tersebut telah berakhir, namun kenangan dan harapan terus tertancap pada benak warga nahdliyin.  Kenangan yang tak terlupakan dari perhelatan di Sidoarjo yakni perasaan haru biru saat berkumpul dengan seluruh warga NU di satu titik. Bagi warga nahdliyyin kesempatan berkumpul dengan para kiyai dan ulama merupakan momen istimewa.


Bagi nahdliyyin berkumpul dengan para kiyai dan ulama menumbuhkan optimisme tersendiri. Optimisme ini didasarkan pada hadits bahwa ulama adalah pewaris para Nabi, dan berkumpul dengan orang soleh dan orang berilmu menjadi pintu terbukanya rahmat dan keberkahan. Bahkan dalam keyakinan nahdliyin bergabung dalam barisan kiyai dan ulama merupakan bagian penting untuk memperoleh keselamatan. Karena di alam akhirat golongan orang yang akan masuk surga adalah golongan orang bertaqwa yang digiring bersama pimpinan rombongannya (Q.S. Azzumar ayat 73) Sehingga keikutsertaan bergabung dalam jamaah di Sidoarjo, menjadi harapan di akhirat kelak dapat bergabung dengan kelompok ahlul janah walaupun dibarisan yang paling belakang.


Selanjutnya harapan besar pasca perhelatan akbar satu abad NU tertuju pada rekomendasi hasil muktamar yang dibacakan oleh K.H. Mustofa Bisri dan Yeni Wahid tentang fiqih kebangsaan. Sesungguhnya fondasi fiqih kebangsaan telah dibangun sejak lama oleh muasis NU yakni K.H. Hasyim Asyari dan K.H. Wahab Hasbulloh. Lahirnya fondasi fiqih kebangsaan pada masa awal adalah dalam rangka merespon persoalan penjajahan di nusantara. Gagasan yang diusung adalah pentingnya nasionalisme.  Cinta tanah air merupakan bagian dari iman (hubbul wathon minal iman). Orientasi fikih kebangsaan saat itu melahirkan resolusi jihad yang mampu membawa Indonesia merdeka.


Saat ini orientasi fiqih kebangsaan yang diusung adalah pentingnya menjaga perdamaian di era modern. Konsep khilafah yang dikenal dalam kajian fiqih siyasah dinilai kurang relevan. Karena konsep khilafah dinilai tidak realistis di era modern yang bertentangan dengan tuntutan Hak Asasi Manusia (HAM). Upaya pendirian khilafah di era keterbukaan saat ini berpotensi besar melahirkan kekerasan antar sesama. Padahal tujuan syariat Islam (Maqosid Al-Syari’ah) sendiri sejalan dengan konsep perdamaian dunia yakni menjaga agama (Hifdz Al-din) menjaga jiwa (Hifdz Al-Nafs), menjaga Akal (Hifdz Al-Aql), menjaga keturunan (Hifdz Al-Nasl) dan menjaga harta (Hifdz Al-Mal). 


Inisiatif NU mengajak para pakar keislaman mengkaji kembali fiqih siyasah merupakan langkah yang sangat strategis. Hal ini dikarenakan kajian fikih menjadi landasan utama umat Islam dalam bertindak. Bagi NU merekonstruksi fiqih siyasah merupakan tuntutan zaman yang harus direspon dengan segala resikonya. Semoga inisiatif NU merekonstruksi fiqih kebangsaan pada momen penyambutan abad keduanya mampu kembali menjadi solusi peradaban manusia di era modern.


Wallahua’alam bishaub

Agus Khunaifi

Ketua Mwcnu Ngaliyan

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top